Saturday, September 29, 2007

Monozukuri IKM dan Otonomi Daerah (1)


Sabtu, 11 Maret 2006 12:51:31
Artikel Iptek - Bidang Kebijakan Iptek

Monozukuri adalah hasil dari proses transformasi teknologi dan ketrampilan menjadi sebuah barang/produk. Ada persyaratan dan standar yang harus dipenuhi dalam membuat produk, yaitu kepemilikan teknologi dan ketrampilan khusus [1]. Monozukuri atau mono wo tsukuru adalah istilah bahasa Jepang yang diartikan dengan membuat (tsukuru- zukuri) atau mem-produksi sesuatu barang.

Industri di Jepang yang termasuk ke dalam monozukuri ini memiliki andil 99,3 persen dari total jumlah industri. Dari data METI Jepang [2], tahun 2005 tercatat ada 293 ribu industri dengan klasifikasi jumlah pekerja resmi 4 sampai 30 orang. Industri berbasis monozukuri ini adalah industri kecil menengah (IKM) yang berhubungan dengan manufacture dikategorikan machikouba [3] mampu menyerap 8,2 juta tenaga kerja, dengan total produksi 98,7 trilyun Yen (setara dengan 8500 trilyun Rupiah). Monozukuri ini menjadi penggesa ekonomi sektor riil di Jepang sekaligus cikal bakal kemajuan teknologi.


Gambar 1. Produk monozukuri (mobil listrik tercepat Felica)

Monozukuri di Indonesia

Tidak berbeda dengan Jepang, beberapa IKM di Indonesia pun telah menerapkan prinsip monozukuri ini. Sebagai contoh adalah kerajian kuningan di kota Juwono, Pati. Setiap pengrajin kuningan dituntut memiliki teknologi logam (lebur logam) kuningan, teknologi cetakan (cetak logam, cetak pasir atau cetak malam), teknologi selep dan bubut, dan lain lain.

Selain kepemilikan teknologi tersebut, pengrajin kuningan dituntut memiliki ketrampilan/keahlian khusus yang menjadi karakter masing-masing pengrajin. Tingkat kepemilikan teknologi dan ketrampilan ini bisa dilihat dari kualitas produk kerajian mereka. Sehingga pengrajin yang memiliki teknologi dan ketrampilan yang tinggi, hasil kerajinannya pun berkualitas baik, dan sebaliknya.

Contoh lainnya adalah pengrajin logam dan industri cor logam di Ceper, Klaten. Agak berbeda dengan industri logam di Juwono yang produksinya sarat dengan nilai artistik, garapan utama cor logam Ceper adalah onderdil mesin, pompa air, dan sambungan pipa, dan lain lain.

Distribusi IKM dan Kluster

Dari studi kasus jaringan industri di beberapa propinsi di Jepang, bisa ditarik kesimpulan bahwa secara geografis, IKM terdistribusi dengan mengelilingi pusat industri pada jarak radius tertentu. Dengan distribusi spasial seperti ini, satu IKM akan menguasai wilayah geografis tertentu, dan tidak memberi peluang IKM pesaing (produk sama) masuk ke wilayah tersebut. Distribusi spasial ini bisa berupa industri tunggal maupun kluster industri.

Ada dua model terbentuknya distribusi spasial IKM, yaitu distribusi spasial pasif dan distribusi spasial aktif. Yang membedakan keduanya adalah kekuatan mana yang mempengaruhi terbentuknya pusat spasial dalam distribusi IKM tersebut. Distribusi spasial pasif adalah model distribusi IKM berupa kluster industri yang disediakan oleh pemerintah daerah sehingga menarik industri besar di luar area kluster industri untuk membuka kerja sama produksi.

Sebagai contoh adalah kluster industri di Suwa City Industri Area di propinsi Nagano. Area industri Suwa (kluster industri) ini yang dibangun oleh pemda setempat terdiri dari industri casting aluminium, industri injeksi plastik, industri press/cetak logam, industri manufaktur, dan lain lain. IKM di area ini menarik perusahaan besar seperti Shindengen Electric, Toyota Motor, Osaka Gas, dan lainnya untuk kerja sama produksi, maupun universitas dan lembaga penelitian untuk melakukan riset bersama.

Distribusi spasial aktif adalah model distribusi IKM dimana setelah ada industri besar pada suatu wilayah geografis tertentu kemudian mendorong berdirinya dua atau lebih IKM yang terdistribusi secara spasial di sekitar atau mengelilingi industri besar tersebut. Sebagai contoh setelah berdirinya Toyota Motor di Toyota City, di daerah sekitar Toyota City seperti Toyoda, Iida, Anjo dan beberapa daerah di Nagoya berdiri industri-industri baru yang siap memasok produk ke Toyota Motor. Industri tersebut berupa IKM maupun industri besar (IKM yang berkembang menjadi industri besar).


Gambar 2. Model distribusi spasial aktif

Kedua model distribusi industri ini terus berkembang baik dari sisi kebutuhan teknologi, jumlah IKM maupun jenis spesialisasinya. Mereka berperan mendukung kebutuhan industri besar yang menjadi pusatnya. Antara IKM satu dengan IKM memiliki spesialisasi yang berbeda, atau bekerja sama dan saling mendukung dalam proses R&D.


Gambar 3. Model distribusi spasial spasial pasif

Pendukung Keberhasilan Industri

Keberhasilan industri Jepang ditopang dua sisi: sejarah dan teknologi. Sejarah industri Jepang adalah setara dengan sejarah industri Jerman, yang merupakan perpanjangan dari revolusi industri Prancis. Peralihan industri berat (peralatan militer) yang dikembangkan pada renovasi Meiji ke industri sipil memberi andil dalam keberhasilan industri Jepang. Dari sisi teknologi, didukung oleh keberhasilan machikouba yang berkembang menjadi industri besar dengan mengantongi ratusan paten. Mereka melahirkan produk-produk dengan sentuhan khas teknologi yang tidak bisa ditiru oleh produsen lain [3].

Indonesia tidak bisa menjiplak begitu saja keberhasilan industri Jepang karena faktor sejarahnya berbeda. Akan tetapi, dengan penguasaan teknologi monozukuri oleh IKM-IKM nasional tidak menutup kemungkinan ke depan akan terjadi kebangkitan industri Indonesia. Strategi nasional industri berupa manajemen industri yang berkelanjutan (sustainable) perlu digesa oleh pemerintah. Kemudian, pelaksanaannya bisa diserahkan kepada daerah-daerah yang berpotensi berkembang industrinya sesuai hak otonominya. (Bersambung)

Bahan bacaan

[1] Fuji, "Monozukuri Chuushou-kigyou Kachi-Nuki Senryaku (Strategi Memenangkan IKM)", Penerbit 2004
[2] METI Jepang, Tabel Statistik Industr, 23 Juni 2005.
[3] Marsudi B. Utomo, Menerobos kebuntuan Teknologi, Berita Iptek Desember 2005
[4] UU No. 32 tahun 2004
[5] Monozukuri Hakusho (Buku Putih Industri Jepang), 2004
[6] Berbagai media online

Dr. Marsudi Budi Utomo, Senior Staf Shindengen Electric Japan MFG pada proyek "Roda empat" untuk converter dan inverter mobil FC dan HEV, Peneliti ISTECS Jepang, dan Ketua PIP PKS Jepang.

No comments: